Minggu, 31 Januari 2010
Semalam Bersama Korban Gempa Tasik
Gempa mengguncang tasik 2 sept 2009 yang lalu, membuat saya ingin sekali melihat kesana. Cuma baru 5 bulan kemudian saya baru bisa kesana, beberapa hari yang lalu kebetulan teman saya mengajak ke rumah keluarganya di Cigalontang Tasik. Jumat 29 jan 2010 kami meluncur ke sana sekitar jam 10 pagi, motor pun melaju membelah jalanan Bandung. Tak terasa Garut pun kami lewati dan baru berhenti di masjid nurul iman Salawu Tasik tuk Sholat jumat. Bangunannya indah namun di beberapa bagian dinding terlihat retak-retak. Setelah menempuh empat jam perjalanan, kami pun mulai masuk ke cigalontang. Sebuah daerah yang terlihat bentangan sawah yang sangat luas dan dihiasi aliran sungai yang cukup deras. Plus di sana terdapat gunung Galunggung, sebuah kombinasi pemandangan yang sangat indah. Akhirnya kami pun sampai di rumah temanku, sebuah tempat tinggal yang sederhana. Dinding terbuat dari bilik bambu kombinasi papan, beratapkan genteng tipis dan beralaskan papan pula. Sambutan famili temanku luar biasa, mereka penuh kehangatan mempersilakan saya singgah di rumah mereka. Benar-benar jauh dengan kondisi di kota besar, yang sibuk dengan urusannya saja. Masuk sholat ashar kami berdua sempatkan sholat di masjid, untuk air wudhu telah tersedia kolam berisi air coklat. Airnya tidak mengalir, yang wudhu membersihkan mulut, muka, gigi sekaligus sendal mereka yang penuh dengan "letak" (sunda: tanah). Awalnya agak risih berwudhu di sana, cuma tidak ada alternatif lain, ya akhirnya saya berwudhu juga. Selepas sholat kami istrihat sejenak di rumah sampai terdengar suara muadzin memanggil kami tunaikan sholat magrib. Lalu kami menemui emak nenek temanku yang telah menyiapkan beberapa keler (wadah) yang penuh dengan makanan ringan. Mulai dari kripik singkong hingga kripik pisang semuanya hasil dari pohon yang si emak tanam di sekitar rumah. Kami pun berbincang mulai dari kondisi keluarga temanku hingga peristiwa gempa lima bulan silam. Si emak bercerita ketika gempa terjadi, beliau sedang ngaso di dalam rumah. "gempa pada saat itu keras sekali, emak cuma diam saja di rumah sambil memegang lemari, saat itu emak sudah putus harapan, cuma Alloh masih melindungi emak " kata emak sambil menerawang ke masa silam. Menurut cerita si emak korban di kampung itu cuma sedikit karena mayoritas rumah warga masih berupa rumah panggung yang terbuat dari bilik bambu. Dari empat puluh rumah yang ada, cuma beberapa rumah yang rusak. " rumah kepala kampung termasuk yang rusak, dinding dan atap rumah ada yang berlubang, malah atapnya sampai hari ini ditutup terpal ". Menurut emak, tak lama ada pendataan rumah warga yang rusak agar mendapat ganti rugi dari pemerintah. Lalu ganti rugi dibagikan, cuma rumah yang rusak saja yang mendapatkannya, tentunya warga yang lain sedikit " iri ". Sambil berseloroh dan tersenyum beliau berkata "coba rumah kita dari tembok pasti roboh & dpt ganti rugi, ini mah paling roboh sama rayap, jadi gak dapat apa2" .(rmd)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar