jika anda berminat bikin web seperti ini.... call 022 9211 3223....jika anda berminat bikin web seperti ini.... call 022 9211 3223....jika anda berminat bikin web seperti ini.... call 022 9211 3223....

Senin, 12 April 2010

MENYUSURI CHINA TOWN FROM BLOEMEDSTAD (3)



Perjalanan kami di china town kali ini menyusuri pemukiman pertama etnis tionghoa di kota kembang yaitu jalan Pecinan Lama di depan kawasan Pasar Baru. Masih terlihat deretan toko dengan arsitektur tempo doeloe dengan beragam barang yang ditawarkan baik barang-barang elektronik maupun bahan-bahan bangunan. Cuma sayang pada saat kami mampir ke daerah sana banyak toko yang tutup.


Ketika sampai di jalan ABC, kami menyebrang ke Jalan Belakang Pasar Baru menggunakan jembatan yang sangat jarang digunakan warga bandung. Jadi ketika rombongan berduyun-duyun menyusuri jembatan para pedagang dan warga sekitar memperhatikan gerak-gerik kami.


Di samping pasar baru kami berhenti sejenak sambil mendengar BR sang nara sumber menuturkan sejarah berdirinya Pasar terbaik pada masa kolonial. Pada awalnya pasar baru berada di jalan Ciguriang, kalau sekarang kawasan tersebut telah berdiri sebuah pusat perbelanjaan yang bernama King’s Shopping Centre. Pada tahun 1842 pasar di Ciguriang terjadi kerusuhan yang berakhir dengan ludesnya pasar tersebut.


Dari literatur sejarah pasar Ciguriang sengaja dibakar oleh Munada seorang China mualaf, dia kecewa cepat terhadap kebijakan pemerintahan kolonial. Setelah ludes maka pasar pun dipindahkan ke Residen Weg atau sekarang jalan yang bernama Otto Iskandar Dinata.


Kemegahan pasar baru Bandung sangat terlihat jelas dari foto-foto yang diperlihatkan BR, sehingga wajar kalau pasar ini digelari sebagai pasar terbaik dan terbersih pada masanya. Cuma sayang setelah di renovasi pada tahun 1970 pasar baru terlihat kumuh dan tidak terawat, yang akhirnya pasar tersebut dirubuhkan dan diganti dengan sebuah pasar yang modern yang megah berdiri sejak tahun 2007. Namun keberadaan pasar tradisional yang menjadi bagian Pasar Baru kini hilang seiring terlalu mahalnya lapak-lapak yang disewakan atau pun dijual pengembang. Sempat para pedagang tradisional mengeluhkan harga jual kios yang sangat mahal dan beberapa kali mereka melakukan demonstrasi menentang kebijakan ini.

Setelah rehat sejenak kami pun terus berjalan sambil memperhatikan deretan bangunan tua yang terlihat lapuk dimakan usia. Di jalan belakang Pasar Baru kita akan menemukan sebuah toko obat bernama Babah Kuya yang ada sejak tahun 1800-an. Di depan toko terdapat kuya (kura-kura) sebagai maskot yang menandakan toko tesebut memang toko Babah Kuya.


Perjalanan kami pun diteruskan, ada salah satu bangunan di belakang Pasar baru berupa sebuah rumah 2 lantai yang ditinggali turunan pangeran Diponegoro dari isteri ke empat. Mereka pindah ke Bandung selepas perang Pangeran Diponegoro vs Belanda pada tahun 1825-1830, dan menurut literatur sejarah perang tersebut membuat bangkrut pemerintahan kolonial Belanda.

Dan perjalanan pun berhenti tepat di depan sebuah gerobak yang berjualan Es Goyobod sejak tahun 1949, tanpa basa basi rombongan pun menyerbu Es Goyobod yang begitu maknyus di tenggorokan, memang akhir-akhir ini kota kembang terasa panas.

***bersambung***

-rmd-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar